Thursday, March 29, 2012

BUDAYA WAYANG


Indonesia memiliki beraneka ragam budaya yang diwariskan turun temurun dari jaman nenek moyang. Budaya Indonesia yang beraneka ragam itu dikarenakan banyaknya suku asli bangsa yang tersebar luas di berbagai penjuru Indoonesia. Tarian, senjata tradisional, rumah adat, adalah sebagian kecil contoh dari beraneka ragamnya budaya yang ada di Indonesia. Salah satu yang akan saya ceritakan di sini adalah budaya Indonesia yang pernah digunakan oleh salah seorang Wali Songo untuk menyebarkan agama Islam, Wayang Kulit. Wayang sendiri meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang.  Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan, pemahaman filsafat, serta hiburan.
                Menurut penelitian para ahli sejarah kebudayaan, budaya wayang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa. Walaupun cerita wayang yang populer di masyarakat masa kini merupakan adaptasi dari karya sastra India, yaitu Ramayana dan Mahabarata.
ASAL USUL
Mengenai asal-usul wayang ini, di dunia ada dua pendapat. Pertama, pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat. Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Namun sejak tahun 1950-an, Indonesia seolah sepakat kalau wayang memang asli dari Indonesia dan bukan dari Negara lain. Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indo­nesia setidaknya pada zaman pemerintahan Prabu Airlangga, raja Kahuripan (976 -1012), yakni ketika kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmur­nya. Karya sastra yang menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak abad X. Antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna ditulis pada masa pemerintahan raja Dyah Balitung (989-910), yang merupakan gubahan dari Kitab Ramayana karangan pujangga In­dia, Walmiki. Selanjutnya, para pujangga Jawa tidak lagi hanya menerjemahkan Ramayana dan Mahabarata ke bahasa Jawa Kuna, tetapi menggubahnya dan menceritakan kembali dengan memasukkan falsafah Jawa kedalamnya. Wayang sebagai suatu pergelaran dan tontonan pun sudah dimulai ada sejak zaman pemerintahan raja Airlangga. Beberapa prasasti yang dibuat pada masa itu antara lain sudah menyebutkan kata-kata "mawa­yang" dan `aringgit' yang maksudnya adalah per­tunjukan wayang.
WAYANG DI ZAMAN SEKARANG
                Wayang di zaman sekarang sangat sulit untuk ditemukan, mungkin hanya ada di pedesaan ataupun di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Budaya Indonesia ini hilang terasah zaman yang semakin maju. Akan tetapi, disamping itu semua, beberapa orang mencoba untuk menghidupkan budaya ini, salah satunya yang pasti kita semua tahu adalah pertunjukkan wayang orang Opera Van Java. Semoga saja, budaya asli Indonesia yang sangat luar biasa ini tidak akan hilang sampai kapanpun dan tetap terus dilestarikann